Laman

Rabu, 30 Mei 2012

Bagaimana Rasanya Melahirkan?

Lazada Indonesia
Saya selalu mendapat jawaban yang tidak memuaskan setiap bertanya “ Bagaimana rasanya melahirkan”. Kalau ditanya sakit atau tidak pasti banyak yang bilang tidak. Waktu itu saya tidak percaya, masa iya sih melahirkan berdarah-darah gitu kok tidak sakit, liat aja ngeri. Tapi selalu saja saya dapat jawaban yang jauh dari memuaskan. Sakitnya sebentar saja setelah anak keluar sakitnya langsung hilang begitu kata mereka. Akhirnya saya manggut-manggut dan mengira bahwa rasa sakit itu hilang karena bahagia yang luar biasa mendapat karunia seorang anak.
Setelah menikah saya pun hamil. Pertanyaan seputar bagaimana rasa melahirkan, jawabannya tidak pernah memuaskan bagi saya. Hingga hari perkiraan lahir semakin dekat. Yang saya rasakan saat itu adalah sakit yang luar biasa. Bahasa kerennya sih kontraksi. Sampai pada dua malam sebelum melahirkan rasa sakit itu makin menjadi. Rasa sakit seperti nyeri haid. Tapi saya masih ingat bahwa jika kelahiran semakin dekat maka rasanya seperti orang mau buang air besar. Tapi saya hanya merasakan nyeri yang luar biasa hingga dua hari kemudian saya mengeluarkan darah.
Panik?
Iya. Saya panik. Meski sudah berkali-kali membaca bahasan proses persalinan namun rasa sakit dan bercak darah yang muncul membuat saya tak sabar bertemu sang buah hati. Meski saya sudah tahu juga bahwa pada kelahiran pertama untuk ke bukaan dua hingga ke bukaan tiga memerlukan waktu lama bisa sampai berhari-hari. Namun saya tidak sabar, saya ke rumah sakit hari itu juga.
Sesampai dirumah sakit saya diperiksa. Baru bukaan dua.
Pulang tidak ya? Batin saya. Ketika saya memilih opsi untuk pulang para perawat menahan, alasannya untuk memantau perkembangan. Akhirnya hari itu juga saya memutuskan rawat inap. Sialnya saya diinfus. Padahal saya tidak ada keluhan apa-apa tapi diinfus juga, gara-gara infus ini saya menjadi sangat trauma dengan jarum suntik. Jadi kalau anda belum pernah diinfus jangn mau deh diinfus. Segala pergerakan kita terbatas. Jarum kesenggol dikit sakitnya minta ampun belum lagi kalau cairan infusnya macet bagian yang diinfus terasa ngilu sekali.
Semua anggota keluarga menyarankan saya untuk berjalan-jalan supaya bukaannya cepat nambah. Tapi gara-gara infus sialan itu kebebasan saya untuk bergerak menjadi terhambat. Akhirnya saya jalan modar-mandir di dalam kamar. Sakit seperti nyeri haid masih mendera saat itu. Belum lagi kaki pegal-pegal karena jalan dari pagi hingga menjelang malam. Ngantuk iya juga sih tapi saya dilarang tidur.
Habis magrib saya diperiksa lagi. Masih bukaan dua. Duh kapan lahirnya anakku, pikir saya. Akhirnya dokter membuat keputusan untuk memberikan induksi agar bayi cepat keluar. Tiba-tiba terbayang perkataan kakak saya, melahirkan itu gak sakit tapi kalau diinduksi duh luar biasa sakitnya. Tapi saya hanya diam dan menurut.
Perawat mulai menyuntikkan cairan itu. Tak lama berselang nyeri hebat terasa. Masih saya tahan sampai pukul Sembilan saya dipindahkan ke ruang bersalin.
Entah kenapa ruang bersalin tiba-tiba menjadi terasa horror alias menakutkan bagi saya. Sebelah saya ada seorang ibu yang nampaknya sudah lemas mengejan. Perawat dan dokter sudah menyemangatinya untuk mengejan lebih kuat lagi tapi ibu itu menyerah. Akhirnya bayinya dikeluarkan dengan cara divakum. Tak lama saya dengar suara tangis bayi baru lahir. Alhamdullillah, kata saya dan berharap segera mendengar suara tangis bayi saya.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11. Kontraksi yang saya alami semakin menguat. Tak tahan saya menangis. Perawat menghibur bahwa obat bekerja, tunggu hingga saatnya. Sekitar jam 1 barulah saya merasakan rasa seperti buang air besar tapi belum kuat. Saya tahan, saya ambil napas pendek-pendek sesuai di buku panduan yang saya abaca agar saya tidak mengejan sebelum waktunya. Hari makin pagi kira-kira jam 3 rasa seperti buang air besar seperti tidak tertahan lagi. Saya meminta suami untuk memanggilkan perawat.

Senangnya saya waktu perawat mengatakan saya boleh mengejan. Rasanya seperti hidup kembali setelah lelah menahan sakit. Saya mengejan kuat-kuat, sekitar empat atau lima kali mengejan akhirnya saya mendengar tangis anak saya. Bahagia, haru dan lega. Rupanya melahirkan itu tidak sakit hanya proses sebelum melahirkan itulah yang sakitnya luar biasa.

Saran saya sih untuk anak pertama jangan terburu-buru ke rumah sakit ya…ke rumah sakitnya nanti saja menjelang mengejan daripada seperti saya diinduksi yang membuat sakit minta ampun.
Impian saya untuk melahirkan secara normal akhirnya terwujud dan terjawab sudah pertanyaan saya. Rupanya memang susah ya menjawab pertanyaan seperti apa rasanya melahirkan.

Memilih DSOG yang Tepat

Ada nggak sih diantara bunda atau calon bunda yang pernah merasa salah memilih DSOg? Mungkin cara ngomongnya yang jutek, atau ketemu dokter kandungan yang suka nakut-nakutin?

Saya pernah.

Pengalaman saya malah lebih mengerikan. Selain ditakut-takuti, janin saya juga divonis tidak berkembang.

Kehamilan Pertamaku
Setelah sebulan penuh tidak dapat haid, saya mulai yakin kalau saya hamil. Meskipun test pack tidak menunjukkan dua garis tapi keterlambatan haid saya yang tidak biasanya ini merupakan sebuah pertanda. Maka saya memutuskan ke dokter spesialis kandungan.

Namun ketika itu saya bingung dokter mana yang akan saya kunjungi. Nanya kesana-kesini jawabannya tidak memuaskan. Rata-rata rekan kerja saya ibu-ibu yang anaknya sudah besar, terlebih tidak ada kawan hamil. Akhirnya saya membuat list rumah sakit di kota tempat tinggal saya. Kemudian terpilihlah salah satu rumah sakit yang menurut saya cukup terkenal karena di mana-mana ada.

Mentalku Down
Hari minggu dokternya tidak piket akhirnya hari Senin saya pilih untuk kunjungan pertama saya. Setelah cukup lama menunggu akhirnya tibalah giliran saya. Masuk ke ruangan saya disapa ramah oleh sang dokter.

" Selamat sore bu" sapanya ramah
" Selamat sore dok"
" Lho suaminya mana?" tanyanya
" Suami saya jauh dok di Riau" kataku yang waktu itu masih tinggal di Kalimantan Timur.
" Ini kehamilan yang pertama ya bu?"
" Iya dok"
" waduh padahal kalau baru hamil pertama harus ditemani suami lho" katanya.

Wah iya juga ya kata saya dalam hati, padahal sebelumnya saya tidak pernah kepikiran kalau hamil harus ditunggui suami. Toh saya nggak ngidam. Saya juga tidak punya riwayat penyakit menetap. Jadi apa yang mesti saya khawatirkan?

Setelah itu saya di USG dan alhamdulillah janinnya ada, umurnya sekitar 4 minggu 5 hari.Senang tapi agak takut juga, saya takut kehamilan ini tidak berhasil. Belum lagi minggu depannya saya harus dinas luar menggunakan transportasi udara. Maka sebelum keluar ruangan saya mencoba berkonsultasi.

" Oya dok boleh saya naik pesawat? "
" Mau kemana bu?"
" Saya ada dinas luar minggu depan."
" Sebaiknya tidak usah bu, ini juga janinnya harus saya periksa lagi sekitar 2 minggu ke depan kalau Ibu bisa, saya bikinkan surat sakit aja ya." katanya.

Aku menurut. Namanya juga orang awam kalau ketemu sama yang ahli ya harus nurut dong. Tapi kata-kata hamil pertama harus ditunggui suami membuatku kepikiran juga, dan ketakutanku dengan kegagalan kehamilan ini semakin besar.

Flek Darah
Rupanya tugas tak dapat ditunda. Saya harus tetap pergi naik pesawat. Dan untungnya setelah searching di google saya menemukan bahwa orang hamil aman aja tuh bepergian naik pesawat. Artikelnya bisa dibaca di sini. Dan akhirnya dengan mantap saya berangkat.

Tiga hari kemudian saya pulang. Alhmadulillah tidak terjadi gangguan pada kehamilan saya. Namun rupanya cobaan tidak berhenti sampai disitu. Motor saya hari itu mogok saya coba 'engkol' berulang kali tapi tidak bisa juga, padahal bensin masih full. Saya telepon teman kantor untuk minta tolong rupanya businya yang bermasalah. Setelah di'operasi' oleh teman saya tersebut motor saya bisa normal kembali. Tapi apa yang terjadi setelahnya?

Saya mengalami flek darah yang lumayan banyak. Saya tidak menyebutnya pendarahan karena tidak ada darah segar yang mengalir. Pengen tahu apa yang sebenarnya terjadi tapi saya sudah alergi sama dokter kandungan yang pertama saya kunjungi. Akhirnya saya mencari alternatif rumah sakit dan ketemulah RSIA.

Divonis Janin Tidak Berkembang
Rupanya dokter di RSIA sedang keluar kota. Mencari di rumah sakit lain lagi rasanya lebih ribet. Akhirnya saya kembali ke dokter pertama.

Hampir saja dokternya pulang ketika saya datang. Belum ketemu rekam medik saya, saya sudah disuruh masuk. Dengan ramah dokter itu menyapa saya lagi.

" Ada keluhan ibu?"
" Dok saya mengalami flek"
" OK kita periksa ya."

Ketika periksa inilah saya terkejut, kantong hamil saya tidak nampak lagi.

Dokter itu mengatakan bahwa janin saya tidak berkembang. Sebagai bukti adalah ketika di USG kantong hamil saya tidak nampak. Saya mencoba berkeras bahwa janin saya masih bisa dipertahankan dan tiba-tiba dokter itu berkata dengan amat kasarnya bahwa janin tidak berkembang akan menyebabkan bayi lahir cacat dan menyarankan saya minum obat pelancar haid. Saya mencoba minta obat penguat tapi ditolaknya, percuma katanya. Kemudian saya minta surat izin untuk istirahat tidak diberinya juga katanya semakin banyak aktivitas akan mempercepat turunnya janin.

Jujur saya lemas mendengar perkataan dokter itu. Tapi entah mengapa saya tidak terlalu sedih dan masih merasa yakin bahwa janin saya masih bisa terus bertahan.

Second Opinion
Pada mulanya saya tidak menginginkan second opinion, takut hal sama akan terjadi. Tapi teman-teman menyemangati untuk mencari dokter baru supaya hati lebih lega. Saya menurut, akhirnya saya ke tempat seorang dokter yang direkomendasikan oleh kawan kos saya.

Tibalah ke tempat praktek dokter kedua. antrian cukup banyak.Dan tiba-tiba harapan saya terbit ketika membaca peringatan di ruang tunggu. Isinya kira-kira seperti ini:
Bagi yang usia kehamilannya baru trimester pertama harap minum air banyak-banyak dan menahan kencing
Lho saya tadi tidak begitu di dokter pertama, kata saya dalam hati. Hingga akhirnya saya menahan kencing tak terperi setelah menghabiskan 500 ml air. Dan tibalah giliran saya.

Bahagianya saya ketika di USG kantong hamil saya nampak. 6 minggu 5 hari. Kemudian saya ceritakan pengalaman yang baru saja saya alami, saya tunjukkan hasil USG saya, dan tanpa diduga dokter tersebut berkata:
" Wah hasil apa ini, ini tidak bisa disimpulkan apa-apa, gelap, kosong." katanya

Lega hati saya saat itu, dan saat saya mempost tulisan ini anak saya telah berusia hampir 5 bulan.

Nah untuk para bunda/calon bunda saya copaskan tips memilih Dokter Kandungan yang tepat dari sini

Kiat Memilih Dokter Kandungan
Diambil dari situs: beingmom.org

Kriteria apa yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dokter spesialis kandungan ?
1. Sikap dan pandangan dokter mengenai beberapa hal mendasar dalam proses prakonsepsi, kehamilan dan kelahiran, seperti pemilihan alat KB, TORCH, jenis USG, operasi caesar, VBAC, episiotomi, epidural dan lain-lain
Pengetahuan dan kekinian informasi yang dimiliki dokter
2. Komunikatif / tidaknya dalam memberikan penjelasan dan menjawab pertanyaan
3. Responsif / tidaknya dalam menanggapi keinginan, kebutuhan, keluhan atau hal lain yang dianggap penting oleh pasien
4. Bersedia / tidaknya dokter dihubungi dalam keadaan emergency

Bagaimana cara untuk mengetahui seberapa jauh support dokter dalam keadaan emergency ?

-Tanyakan pada dokter mengenai kebijakannya dalam hal ini. Ada beberapa dokter yang bersedia memberikan nomor HP yang dapat dihubungi. Bila tidak memungkinkan, hubungi petugas atau suster penerima pendaftaran praktek dokter tersebut.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan :

1.Untuk ibu yang memiliki riwayat penyakit seperti tekanan darah tinggi, epilepsi, jantung, diabetes atau komplikasi lainnya yang memerlukan perhatian khusus, tanyakan bagaimana pengalaman  dokter dalam menangani pasien dengan kasus yang serupa. Pertimbangkan untuk memilih dokter kandungan dengan sub spesialisasi perinatologi.

2. Jarak tempat praktek dokter dengan rumah atau kantor Apa yang dapat saya lakukan bila saya tidak merasa sepenuhnya puas dengan dokter kandungan pilihan saya ?

3. Sebelum pindah ke dokter kandungan lain, bicarakan hal-hal yang dianggap tidak memuaskan dengan dokter. Bila masalah ini tidak dapat dipecahkan, atau dokter tidak mengindahkan keluhan dan kekhawatiran anda misalnya, jangan ragu untuk pindah ke dokter kandungan lain. Sangatlah penting untuk menemukan dokter kandungan yang sesuai bagi anda karena proses kehamilan dan persalinan – selain menyenangkan – juga dapat menyebabkan stress.

Sumber : http://www.babycenter.com