Inilah hal-hal dasar yang anda perlu tahu soal imunisasi,
termasuk membedakan mitos dan fakta tentangnya.
Bayi dan anak sangat rentan terhadap berbagai macam
penyakit. Mereka mudah tertular oleh berbagai macam penyakit dan tidak sedikit
di antara penyakit tersebut dapat menyebabkan komplikasi yang serius bahkan
dapat menyebabkan kematian. Sayangnya, bayi yang baru lahir belum memiliki
kekebalan yang cukup untuk menangkal seluruh bibit-bibit penyakit. Untuk itu,
bayi memerlukan imunisasi.
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Cara kerjanya adalah dengan
memancing kekebalan alami tubuh melalui bibit penyakit yang dilemahkan agar
ketika anak tersebut terpapar bibit penyakit yang sama, tubuhnya sudah kebal.
Sampai saat ini, ada tujuh macam penyakit yang wajib untuk diimunisasikan
kepada bayi dan anak yakni, TBC, Polio, Hepatitis B, Difteri, Pertusis, Tetanus
dan Campak. Sebenarnya ada pula beberapa penyakit atau infeksi yang dapat
dicegah dengan imunisasi seperti beberapa penyakit berikut ini: gondongan,
rubella, demam tifoid, hepatitis A, cacar air, Hemofilius influenza type B,
pneumokokus. Imunisasi untuk penyakit tersebut tidak diwajibkan, namun tetap
dianjurkan. Untuk mendapatkan perlindungan optimal, ikuti jadwal pemberian
imunisasi yang dianjurkan pemerintah.
Mengapa vaksin diberikan pada usia dini?
Kekebalan yang diperoleh janin dan bayi
secara pasif melalui plasenta hanya bersifat sementara sehingga seorang bayi harus
sesegera mungkin diberi imunisasi. Imunisasi ini diberikan menurut prioritas
urgensinya. Sebagai contoh, infeksi VHB yang terjadi pada anak umumnya tanpa
gejala. Apabila terkena, 80-95% akan menjadi kronis dan dalam 10-20 tahun akan
menjadi sirosis dan atau kanker hati. Resiko terjadinya kanker hati sangat
tinggi bila terinfeksi secara dini sedangkan pengobatan terhadap infeksi VHB
belum ada. Maka, imunisasi terhadap VHB harus diberikan segera setelah bayi
lahir.
Apakah pemberian imunisasi memiliki efek samping bagi bayi?
Imunisasi merupakan tindakan yang relative aman.
Namun seperti halnya obat, pemberian imunisasi juga dapat menimbulkan berbagai
rekasi. Reaksi yang timbul setelah pemberian vaksin biasanya ringan, seperti
bengkak pada tempat suntikan atau demam. Reaksi serius jarang terjadi. Meski
ada resiko bayi anda demam, Anda perlu ingat bahwa tertular penyakit oleh
penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian vaksinasi jauh lebih berbahaya
dibandingkan dengan pemberian vaksin itu sendiri.
Apakah imunisasi memiliki efek samping bagi bayi?
Sampai saat ini belum ada bukti yang menyokong bahwa
imunisasi (jenis imunisasi apapun, termasuk MMR) dapat menyebabkan autisme.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia tetap merekomendasikan
pemberian seluruh imunisasi sesuai jadwal yang ditentukan.
Apakah bayi atau anak yang sedang batuk pilek boleh diimunisasi?
Bayi/anak yang sedang pilek atau batuk ringan tanpa
demam boleh diimunisasi. Apabila bayi sakit dan sangat rewel , imunisasi dapat
ditunda 1-2 minggu kemudian.
Apa yang harus saya lakukan ketika anak saya rewel setelah imunisasi?
Reaksi yang dapat terjadi segera setelah imunisasi
DPT adalah anak menjadi rewel, demam tinggi, nyeri atau bengkak pada bekas
tempat suntikan. Reaksi tersebut akan hilang dalam waktu 2 hari. Anda dapat
memberinya minum lebih sering dari biasanya. Jika anak Anda demam, pakaikanlah
pakaian yang tipis, sementara bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres dengan
air dingin. Jika si kecil demam, Anda bisa memberinya pbat penurun panas
(parasetamol). Apabila reaksi tersebut semakin berat atau menetap dan orang tua
merasa khawatir bawalah bayi anda ke dokter.
Bagaimana mengatasi bekas suntikan BCG?
Sekitar 2-6 minggu setelah imunisasi BCG, anak
berisiko timbul bisul kecil (papula) yang semakin besar dan menjadi luka
terbuka selama 2-4 bulan. Anda dapat mengompres dengan air hangat. Bila cairan
bisul tambah banyak dan koreng semakin membesar bawalah ke dokter.
Bagaimana jika jadwal imunisasi terlewati?
Jika
jadwal imunisasi terlewati, imunisasi dapat segera diberikan dan tidak perlu
mengulang dari awal. Imunisasi yang telah diberikan tetap dihitung dan anak
Anda tetap mendapat kekebalan.
Jika waktu balita sudah mendapatkan imunisasi lengkap apakah di sekolah perlu imunisasi lagi?
Imunisasi yang perlu diberikan pada saat anak sudah
di sekolah dasar adalah imunisasi ulangan campak dan DT (kelas 1 SD) dan TT
(kelas 2, 3, dan 6 SD). Hal ini dilakukan karena 28,3% anak yang sudah
diimunisasi waktu bayi tetap terkena campak pada usia 5-7 tahun.
Sumber: Dr. Diah, Sp.A dan www.idai.or.id (diambil dari buku perkembangan
dan kesehatan anak yang disponsori oleh kalbe nutritionals)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar